- November 15, 2021
- 239 Views
- 3 Likes
Sekelumit Cerita dari Manggarai, Jakarta
Seperempat abad adalah usia yang terbilang mulai matang bagi sebuah kelompok kesenian, tak terkecuali bagi Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) Dance Company. Kematangan yang tampak pula pada kemampuan perusahaan tari ini dalam menghadapi beragam persoalan besar, termasuk pandemi.
Hampir dua tahun terakhir ini banyak sendi kehidupan yang lumpuh akibat pandemi. Begitu juga kondisi di dunia panggung pertunjukan. Padahal, pementasan adalah jati diri sekaligus tulang punggung kelangsungan hidup EKI Dance Company.
Sejak awal didirikan 25 tahun lalu, EKI Dance Company memang bukan sekadar kelompok seni pertunjukan biasa. Oleh duet pendirinya, Rusdy Rukmarata, kini direktur artistik, dan sang istri, Aiko Senosoenoto, kini direktur utama, EKI Dance Company dijalankan secara profesional.
Semua penari yang bergabung dengan EKI Dance Company menjalani kehidupan sehari-hari dalam sebuah asrama dengan jadwal teratur. Mereka berlatih enam hingga delapan jam per hari, enam hari dalam sepekan. Mereka juga menjadi perusahaan tari pertama di Indonesia dengan penerapan standar manajemen perusahaan profesional.
Itu berarti EKI Dance Company memberi gaji tetap, memberi bonus pertunjukan, dan berbagai tunjangan lain untuk para penari dan karyawannya. Selain kelas balet, kontemporer, dan jazz, para penari juga belajar tari tradisi, olah vokal, teater, bahasa Inggris, etika, dan wawasan budaya.
Sejak 2001, EKI Dance Company juga mementaskan pagelaran musikal. Salah satunya, ”Madame Dasima”, bahkan disebut-sebut sebagai musikal panggung live pertama di Jakarta atau bahkan di Indonesia.
Tak mau kalah dengan pentas musikal ala Broadway, EKI Dance Company punya ciri khas, yakni banyak memasukkan unsur teatrikal ala teater rakyat Nusantara, seperti lenong betawi dan ludruk. Tema-tema yang diangkat jadi cerita pun berangkat dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Cerita Dari Manggarai, perayaan 25 tahun EKI Dance Company dan peluncuran logo baru yang dilakukan secara virtual. Tampak dalam foto Uli Herdi (moderator), Aiko Senosoenoto (Direktur Utama EKI Dance Company), Rusdy Rukmarata (Direktur Artistik EKI Dance Company), Danton Sihombing (Inkara Brand Consulting), Ara Ajisiwi (penari EKI), & Kresna ”Peceng” Wijaya (penari EKI), 3 Juli 2021.
Film Pendek
Dalam jumpa pers, Kamis (11/11/2021), Rusdy menyebut film pendek Cerita dari Manggarai yang diluncurkan ini bercerita tentang perjalanan karya EKI Dance Company yang memiliki kantor di kawasan Manggarai, Jakarta. Sebuah kawasan yang identik dengan banyak hal.
Salah satunya pintu air Manggarai yang selalu menjadi acuan saat Jakarta hujan deras. Pintu air itu kerap dicek oleh Gubernur DKI Jakarta saat banjir mengancam Ibu Kota. Kawasan Manggarai juga mengingatkan banyak orang pada tawuran antarkampung yang terjadi sejak 1970-an.
Di kawasan inilah EKI Dance Company memulai kiprahnya pada 1996. Markas besar EKI berada di Jalan Padang, yang bisa ditempuh jalan kaki dari Stasiun Manggarai selama 15-20 menit.
Film pendek tersebut berisi beragam cuplikan adegan pementasan-pementasan mereka sebelumnya, seperti Gallery of Kisses (2002) dan Miss Kadaluwarsa (2007). Karya film pendek ini juga menampilkan cuplikan singkat pementasan drama musikal Ken Dedes, yang menurut rencana bakal ditayangkan tahun depan. Film pendek ini juga ditayangkan dan dapat dinikmati lewat platform aplikasi transportasi digital, Minggu, 14 November 2021 pukul 19.30, dengan tiket seharga Rp 40.000.
Aiko yang juga anggota Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) berharap film pendek musikal ini bisa menjadi pengobat rindu para penggemar EKI Dance Company.
Pada kesempatan jumpa pers daring, Rusdy menyebut di masa pandemi karya EKI Dance Company tak bisa dipentaskan di atas panggung. ”Saat ini kami memproduksi konten-konten lewat media sosial dan film karena memang akibat pandemi jadi enggak bisa manggung. Akan tetapi, memproduksi film seperti ini juga berangkat dari kesadaran baru ke depan kalau ini medium yang juga oke,” ujar Rusdy.
Untuk menandai 25 tahun berkiprah dalam dunia kesenian, EKI Dance Company membuat film pendek Cerita dari Manggarai. Film ini menampilkan cuplikan-cuplikan pementasan EKI Dance, seperti Gallery of Kisses (2002) dan Miss Kadaluwarsa (2007).
Dalam film pendek itu, Rusdy tampil membawakan tarian berjudul ”Daddy O” sebagai figur ayah yang bangkit dari kubur. Adegan itu merupakan pemeranan ulang (reenacment) bagian pertunjukan panggung musikal ”Miss Kadaluwarsa” (2007), yang saat itu juga ikut diperankan artis Sarah Sechan.
Selain itu, adegan musikal panggung yang juga dihidupkan kembali lewat film pendek ini adalah ”Just One Guy”, yang juga berawal dari musikal ”Miss Kadaluwarsa”. Dahulu, Uli Herdi berperan menjadi dokter kandungan yang dikutuk dengan pesona ketampanannya. Pemerannya kini aktor muda Gusty Pratama.
Nomor-nomor lain dari panggung musikal yang juga kembali dihidupkan adalah ”Tick Tock” dari musikal ”Miss Kadaluwarsa” dan ”Stock and Stockings” dari musikal ”Gallery of Kisses”. Karya-karya ini dibawakan oleh penari-penari muda EKI yang berkolaborasi dengan penari senior dan koreografer EKI yang dulu ikut membawakan versi panggung musikalnya.
Sementara itu menurut Aji Rahmansyah, sang sutradara, proses pengambilan gambar dan editing memang memberikan banyak tantangan tersendiri. Tantangan terutama terjadi ketika proses pengambilan gambar melibatkan penari dalam jumlah besar.
Rusdy Rukmarata sedang mengajar di studio EKI Dance Company di Manggarai, Jakarta Selatan. Memasuki usia ke-25 tahun, EKI Dance Company berusaha beradaptasi dengan perubahan zaman.
Sumber: kompas.id